Ternyata tembakau sebagai bahan dasar untuk membuat rokok itu ada jenis-jenisnya (ya iyalah, kemana aja sob?). Jenis-jenis tembakau yang umum adalah seperti Philipmoris di Grobogan, Asepan di Klaten, Boyolali, Sukoharjo dan Blora serta Vosterland di Klaten dan Virginia di Klaten, Sukoharjo, Boyolali dan Sragen disebut tembakau nasi.
Tapi taukah anda jenis tembakau apa yang paling mahal dan paling berkualitas seantero dunia? Pagi tadi saya sarapan di warung Gudeg di perempatan Tugu Jogja sambil clingak-clinguk baca Koran “KR”, dan saya menemukan jawabannya…
Dikoran tersebut terdapat artikel yang menarik membahas jenis tembakau nomor wahid yang sangat fenomenal dan merupakan jenis tembakau yang paling dicari banyak orang. Kenapa fenomenal? Karena jenis tembakau ini jarang sekali tumbuh seperti tembakau – tembakau lainnya. Kalau anda berfikir jenis tembakau ini berasal dari luar negeri, itu salah besar. Tembakau berkualitas nomor satu ini adalah produk lokal alias berasal dari Indonesia, yaitu dari daerah Temanggung, Jawa Tengah.
Masyarakat petani tembakau di lereng Gunung Sindoro – Sumbing (SS), Temanggung, Jawa Tengah menyebut tembakau fenomenal tersebut dengan sebutan “Srinthil” ( aneh kan namanya? ). Kenapa namanya “Srinthil”? Saya nggak tau latar belakang tentang asal usul nama tersebut soalnya tidak diceritakan asal-usulnya sama yang buat artikel. Tembakau “Srinthil” adalah tembakau yang tumbuh begitu saja secara alami dan sampai detik ini belum ada peneliti yang bisa menemukan cara untuk membudidayakannya (Nah, ini tantangan buat anak fakultas pertanian deh…).
Kemunculan “Srinthil” dideteksi ada sejenis jamur yang tumbuh saat daun tembakau dari Temanggung belum dirajang. Jamur ini yang membuat kualitas tembakau menjadi bagus. Kualitas “Srinthil” baru akan muncul setelah daun tembakau dimatangkan selama tiga hari. Bakal kelihatan jamur kekuningan dan biasanya saat tembakau dalam kondisi seperti ini petani menyimpannya kembali selama 7-8 malam sebelum dirajang.
Adapun media tanah yang mempengaruhi kemunculan tembakau srinthil biasanya dari jenis tanah lincat yang teksturnya menyerupai tanah liat. Jenis tanah ini kerap menghasilkan “Srinthil” kualitas bagus.
Adapun media tanah yang mempengaruhi kemunculan tembakau srinthil biasanya dari jenis tanah lincat yang teksturnya menyerupai tanah liat. Jenis tanah ini kerap menghasilkan “Srinthil” kualitas bagus.
“Srinthil” merupakan tembakau grade F, G, H, dan I, dengan kadar nikotin yang paling tinggi, yakni sekitar 20%. Setelah melalui riset dari Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) yang berkantor di Malang, Jawa Timur, diketahuilah bahwa teryata kondisi alam, cuaca, dan struktur tanah di daerah Temanggung memang mampu memberikan panen tembakau dengan kualitas terbagus di dunia.
Dan apabila ada petani yang ladang tembakaunya ditumbuhi tembakau “Srinthil” maka petani tersebut merasa menjadi orang paling beruntung bak mendapat rejeki nomplok. Yang benar saja sob, harga tembakau langka ini sungguh mahal sekali di pasaran .
Harga “Srinthil” minimal 10 kali lipat dari harga tembakau super. Bila tembakau biasa Rp 12.500/kg, kualitas super per kilogram Rp 50 ribu, maka Srinthil harganya antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
Melihat harga tembakau srinthil yang begitu mahal maka tak heran jika ketika petani tahu bahwa di ladangnya terdapat “Srinthil” maka hingga musim panen tiba, para petani rela siang malam tidur di ladang demi menjaga si “Srinthil”. Dan disitulah nyawa mereka dipertaruhkan, soalnya bisa saja sewaktu-waktu ada binatang buas yang keluar dari hutan dan menyerang mereka (sungguh extraordinary kau pak tani, I proud with you…). Bagaimana petani mengetahui bahwa di ladangnya terdapat tembakau “Srinthil”? Secara visual, ‘memburu’ Srinthil, kebanyakan petani melihat pada tengah malam di lerang Sindoro-Sumbing, saat gelap gulita. Bila menemukan tanaman yang siap panen mengeluarkan cahaya cerah mengkilat kekuning-kuningan seperti fosfor, itu diyakini “Srinthil”.
Tembakau “Srintil” sendiri tidak dijadikan sebagai bahan utama dari rokok, melainkan hanya sebagai campuran saja. Para petani tembakau menyebutnya sebagai “lauk” atau campuran.
Sedangkan bahan dasar untuk rokok selebihnya adalah dari tembakau biasa atau petani menyebutnya dengan sebutan tembakau “nasi”.
Dan uniknya dari tembakau “Srinthil” tersebut untuk mengharumkan gudang tempat penyimpanan tembakau milik pabrik rokok, agar aroma seluruh tembakau di gudang menjadi sama ( emang bisa?). Kemunculan Srintil memang masih menjadi misteri, namun menurut para petani, semakin banyak muncul “Srinthil” maka perekonomian para petani tembakau akan semakin baik. (sip deh..)
Iulah sedikit info yang membuat saya penasaran. Karena penasaran, maka saya posting disini deh…