Tsetse adalah lalat raksasa dari Afrika, panjang tubuhnya dapat mencapai 1,6 cm dari ujung kepala hingga ekor. Warnanya tubuhnya bervariasi antara coklat muda dan coklat tua dan mempunyai dua antena di bagian kepalanya, sehingga perbedaanya akan tampak mencolok dibandingkan dengan lalat biasa. Saat tidak terbang kedua sayapnya dilipat secara bertumpuk diatas tubuhnya.
Namun mengingat Tsetse adalah makhluk yang berbahaya dan dapat berkembang biak dengan pesat, maka tidak diperlukan adanya upaya untuk melestarikan binatang ini.
Tsetse adalah carrier (pembawa) bagi parasit Trypanosomiasis, jadi Tsetse tidak menghasilkan racun dan tidak berbahaya sebelum ia sendiri tertular Trypanosomiasis. Lalat ini suka menghisap darah, apabila darah korbannya telah terinfeksi Trypanosomiasis maka Tsetse akan tertular parasit tersebut dan dapat menyebarkan ke korban-korban berikutnya yang dihisap darahnya, karena air liur dari lalat ini ikut masuk kedalam lubang gigitan saat ia menghisap darah.
Parasit Trypanosomiasis, menyebabkan demam, migrain dan menimbulkan kantuk yang luar biasa. Korban dapat tertidur (biasanya disebut Sleeping Sickness), dan bila tidak segera disembuhkan maka korbannya tidak akan pernah bangun lagi (meninggal). Binatang ataupun manusia dapat terinfeksi parasit ini dan juga dapat saling menularkan dengan perantara Tsetse.
Saat ini Suramin diberikan bagi pasien yang terdiagnosa dini, Eflornithine atau Pentamidine pada penderita yang agak lambat terdiagnosa, Melarsoprol diberikan bagi pasien yang telah terinfeksi lebih parah, namun makin lama pasien terdiagnosa dan tertolong, makin kecil pulalah peluang untuk selamat.
Cara pencegahan yang utama adalah tentu saja berusaha agar tidak tergigit oleh Tsetse, hindari wilayah yang merupakan habitat Tsetse, kemudian berusaha agar tubuh senantiasa fit dan sehat, Trypanosomiasis secara natural dapat terbasmi oleh kekebalan tubuh yang baik. Celakanya korban gigitan baik yang selamat karena memiliki kekebalan tubuh yang baik atau yang berhasil diobatipun telah menjadi carrier bagi Trypanosomiasis, sehingga berpotensi menularkan penyakitnya melalui transfusi atau perantara Tsetse.
Tsetse hidup di daerah berair seperti danau, rawa, dan juga wilayah hutan atau padang rumput yang lembab. Masa hidupnya adalah sekitar 30 hingga 90 hari, namun dalam masa hidupnya yang pendek itu Tsetse dapat menyebarkan petaka pada banyak korbannya. Diperkirakan hampir 300 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat parasit Trypanosomiasis, akibat kurangnya obat-obatan dan keterlambatan diagnosa.
Tsetse pada video berikut ini: