Dari judulnya kita dapat menebak, bahwa tarian yang menyebabkan kematian atau tarian yang berhubungan dengan kematian. Beberapa kasus dengan motivasi yang berbeda dari tarian yang di lakukan. Di antaranya :
I. Putri Yefta
Cerita tentang Putri Yefta yang pertama kali keluar menyambut ayahnya yang pulang dari medan Perang dengan kemenangan bagi Orang Israel. Dengan menari – nari dan memukul rebana, tanpa di ketahui oleh putrinya, sang ayah telah bersumpah bahwa siapa yang pertama kali keluar menyambutnya dari pintu rumahnya, akan di korbankan bagi Allah (Hakim – Hakim 11:31).
Motivasi Putri Yefta adalah baik, untuk menyambut Ayahnya dari Medan Perang. Tetapi akhirnya berujung dengan kematian dan pengorbanan sang Putri Tunggal untuk sumpah Ayah handa. Anak Yefta ini adalah anak satu – satunya dan dia tidak memiliki saudara lain. Sepintas kita bisa bayangkan, bagaimana kehilangan anak satu-satunya untuk sumpah kita sendiri kepada Tuhan. Yefta adalah seorang berjiwa besar dan berani melakukan apa yang sudah menjadi tanggung jawab atas sumpah yang telah di katakan. Tidak banyak orang seperti Yefta di zaman sekarang, yang berani menepati janjinya. Meskipun janji itu adalah pengorbanan nyawa sang anak kepada Allah. Mirip seperti cerita Abraham, Cuman Abraham tanpa ragu karena imannya dia percaya bahwa Allah akan memberikan anak lagi, sebab Allah telah berjanji membuat keturunannya menjadi bangsa yang besar.
Kembali ke cerita Yefta, setelah Putri Yefta mengetahui bahwa ayahnya telah bernazar demikian. Maka dia pun dengan rela menyerahkan Nyawanya (Hakim-hakim 11:36-40):
11:36 Tetapi jawabnya kepadanya: "Bapa, jika engkau telah membuka mulutmu bernazar kepada TUHAN, maka perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu, karena TUHAN telah mengadakan bagimu pembalasan terhadap musuhmu, yakni bani Amon itu."
11:37 Lagi katanya kepada ayahnya: "Hanya izinkanlah aku melakukan hal ini: berilah keluasan kepadaku dua bulan lamanya, supaya aku pergi mengembara ke pegunungan dan menangisi kegadisanku bersama-sama dengan teman-temanku."
11:38 Jawab Yefta: "Pergilah," dan ia membiarkan dia pergi dua bulan lamanya. Maka pergilah gadis itu bersama-sama dengan teman-temannya menangisi kegadisannya di pegunungan.
11:39 Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu; jadi gadis itu tidak pernah kenal laki-laki. Dan telah menjadi adat di Israel,
11:40 bahwa dari tahun ke tahun anak-anak perempuan orang Israel selama empat hari setahun meratapi anak perempuan Yefta, orang Gilead itu.
Ilustrasi dimana Putri Yefta di Korbankan. Jangan salah dan bukan bersifat sadis, sebab nampan di depan biasanya untuk menampung darah Hewan Korban. Karena Sumpah Yefta, maka darah Putrinya sebagai darah Korban ini. Ini adalah tata cara dalam kaabah Allah di mana imam - imam mempersembahkan korban bakaran kepada Allah.
Yang menarik dari cerita ini adalah: tokoh – tokoh di atas menyelesaikan masalah dengan tetap benar di hadapan Allah. Tidak ada yang salah dari tindakan mereka di mata Allah.
Dari cerita Yefta ini kita dapat menarik suatu point penting adalah:
Jangan terlalu berani mengambil suatu sumpah, seperti yang di ajarkan tuhan Yesus;” jika ya, hendaklah kau mengtakan ya dan tidak jika memang tidak.” Sebab kita bahkan tidak berkuasa terhadap segala sesuatu di muka bumi ini.
II. Menari Untuk Mendapatkan Hadiah
Ini adalah salah satu motivasi yang sudah umum, melakukan sesuatu untuk mendapatkan balasannya. Cerita tetapi Penari ini bukan meminta hadiah sembarangan, sebab yang dia minta sebagai hadiahnya adalah kepala orang. Orang yang di minta kepalanya sebagai hadiah adalah Yohanes Pembaptis. Cerita ini terdapat dalam Matius 14:1-12.
Yohaes menegur Herodes bahwa tidak pantas dia mengambil Herodias, Istri saudaranya Filipus. Tetapi pada ulang tahun Herodes menarilah Putri Herodias atau keponakannya. Setalah menari Putri Herodias kepada pamannya, pamannya atau Herodes mengatakan “apapun yang kau minta akan ku kabulkan, bahkan setengah dari kerajaan ini pun akan ku berikan.
dan dengan hasutan sang ibunya, akhirnya keponakannya meminta kepala Yohanes Pembaptis
Cerita kedua ini penuh dengan akal bulus, kelicikan dan tentu saja Dosa. Tetapi terlepas dari itu, Yefta dan Herodes melakukan kesalahan yang sama.
Yefta Hakim-hakim 11:30-31 :
11:30 Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku,
11:31 maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran."
Meskipun dengan kesulitan dan kehancuran hati, Yefta melalui ini semua tanpa cacat di mata Tuhan.
Herodes:
Matius 14:7:
sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
Herodes akhirnya menanggung Dosa dari kesalahannya dan tetap akan tercatat sebagai kejahatan di mata Tuhan.
Masih ada satu cerita lagi yang menarik, yaitu:
III. Menari untuk membuktikan kebenaran allah berujung kematian
Ini adalah cerita dari, salah satu nabi Besar yaitu Elia, salah satu nabi yang tidak merasakan kematian. Cerita ini terdapat dalam I Raja-raja 18. untuk membuktikan kebenaran allah masing. Persembahan siapa yang dilalap api dari langit, maka dial ah allah yang benar.
Para nabi2 baal bernyanyi dan menari – manari bahka melukai diri mereka sendiri dengan menyayat tubuh mereka. Tetapi tidak terjadi apa – apa dan yang di panggil tidak dating juga. Elia memanggil Allahnya dan Turun menjilat Taruhan (Persembahan) Elia dengan para nabi baal.
Tarian para penyembah berhala berujung kematian mereka di tangan Nabi Elia. Tidak ada yang perlu di simpulkan lebih jauh sebab dalam cerita ini elia membuat rakyat Israel kembali kepada Allah dari pada baal
Motivasi Putri Yefta adalah baik, untuk menyambut Ayahnya dari Medan Perang. Tetapi akhirnya berujung dengan kematian dan pengorbanan sang Putri Tunggal untuk sumpah Ayah handa. Anak Yefta ini adalah anak satu – satunya dan dia tidak memiliki saudara lain. Sepintas kita bisa bayangkan, bagaimana kehilangan anak satu-satunya untuk sumpah kita sendiri kepada Tuhan. Yefta adalah seorang berjiwa besar dan berani melakukan apa yang sudah menjadi tanggung jawab atas sumpah yang telah di katakan. Tidak banyak orang seperti Yefta di zaman sekarang, yang berani menepati janjinya. Meskipun janji itu adalah pengorbanan nyawa sang anak kepada Allah. Mirip seperti cerita Abraham, Cuman Abraham tanpa ragu karena imannya dia percaya bahwa Allah akan memberikan anak lagi, sebab Allah telah berjanji membuat keturunannya menjadi bangsa yang besar.
Kembali ke cerita Yefta, setelah Putri Yefta mengetahui bahwa ayahnya telah bernazar demikian. Maka dia pun dengan rela menyerahkan Nyawanya (Hakim-hakim 11:36-40):
11:36 Tetapi jawabnya kepadanya: "Bapa, jika engkau telah membuka mulutmu bernazar kepada TUHAN, maka perbuatlah kepadaku sesuai dengan nazar yang kauucapkan itu, karena TUHAN telah mengadakan bagimu pembalasan terhadap musuhmu, yakni bani Amon itu."
11:37 Lagi katanya kepada ayahnya: "Hanya izinkanlah aku melakukan hal ini: berilah keluasan kepadaku dua bulan lamanya, supaya aku pergi mengembara ke pegunungan dan menangisi kegadisanku bersama-sama dengan teman-temanku."
11:38 Jawab Yefta: "Pergilah," dan ia membiarkan dia pergi dua bulan lamanya. Maka pergilah gadis itu bersama-sama dengan teman-temannya menangisi kegadisannya di pegunungan.
11:39 Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu; jadi gadis itu tidak pernah kenal laki-laki. Dan telah menjadi adat di Israel,
11:40 bahwa dari tahun ke tahun anak-anak perempuan orang Israel selama empat hari setahun meratapi anak perempuan Yefta, orang Gilead itu.
Ilustrasi dimana Putri Yefta di Korbankan. Jangan salah dan bukan bersifat sadis, sebab nampan di depan biasanya untuk menampung darah Hewan Korban. Karena Sumpah Yefta, maka darah Putrinya sebagai darah Korban ini. Ini adalah tata cara dalam kaabah Allah di mana imam - imam mempersembahkan korban bakaran kepada Allah.
Yang menarik dari cerita ini adalah: tokoh – tokoh di atas menyelesaikan masalah dengan tetap benar di hadapan Allah. Tidak ada yang salah dari tindakan mereka di mata Allah.
Dari cerita Yefta ini kita dapat menarik suatu point penting adalah:
Jangan terlalu berani mengambil suatu sumpah, seperti yang di ajarkan tuhan Yesus;” jika ya, hendaklah kau mengtakan ya dan tidak jika memang tidak.” Sebab kita bahkan tidak berkuasa terhadap segala sesuatu di muka bumi ini.
II. Menari Untuk Mendapatkan Hadiah
Ini adalah salah satu motivasi yang sudah umum, melakukan sesuatu untuk mendapatkan balasannya. Cerita tetapi Penari ini bukan meminta hadiah sembarangan, sebab yang dia minta sebagai hadiahnya adalah kepala orang. Orang yang di minta kepalanya sebagai hadiah adalah Yohanes Pembaptis. Cerita ini terdapat dalam Matius 14:1-12.
Yohaes menegur Herodes bahwa tidak pantas dia mengambil Herodias, Istri saudaranya Filipus. Tetapi pada ulang tahun Herodes menarilah Putri Herodias atau keponakannya. Setalah menari Putri Herodias kepada pamannya, pamannya atau Herodes mengatakan “apapun yang kau minta akan ku kabulkan, bahkan setengah dari kerajaan ini pun akan ku berikan.
dan dengan hasutan sang ibunya, akhirnya keponakannya meminta kepala Yohanes Pembaptis
Cerita kedua ini penuh dengan akal bulus, kelicikan dan tentu saja Dosa. Tetapi terlepas dari itu, Yefta dan Herodes melakukan kesalahan yang sama.
Yefta Hakim-hakim 11:30-31 :
11:30 Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku,
11:31 maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran."
Meskipun dengan kesulitan dan kehancuran hati, Yefta melalui ini semua tanpa cacat di mata Tuhan.
Herodes:
Matius 14:7:
sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
Herodes akhirnya menanggung Dosa dari kesalahannya dan tetap akan tercatat sebagai kejahatan di mata Tuhan.
Masih ada satu cerita lagi yang menarik, yaitu:
III. Menari untuk membuktikan kebenaran allah berujung kematian
Ini adalah cerita dari, salah satu nabi Besar yaitu Elia, salah satu nabi yang tidak merasakan kematian. Cerita ini terdapat dalam I Raja-raja 18. untuk membuktikan kebenaran allah masing. Persembahan siapa yang dilalap api dari langit, maka dial ah allah yang benar.
Para nabi2 baal bernyanyi dan menari – manari bahka melukai diri mereka sendiri dengan menyayat tubuh mereka. Tetapi tidak terjadi apa – apa dan yang di panggil tidak dating juga. Elia memanggil Allahnya dan Turun menjilat Taruhan (Persembahan) Elia dengan para nabi baal.
Karena para nabi baal gagal, Elia memerintahkan menyembelih mereka
Tarian para penyembah berhala berujung kematian mereka di tangan Nabi Elia. Tidak ada yang perlu di simpulkan lebih jauh sebab dalam cerita ini elia membuat rakyat Israel kembali kepada Allah dari pada baal